Breaking

Showing posts with label opini. Show all posts
Showing posts with label opini. Show all posts

5/26/11

2:47 AM

Perlindungan Hukum Demi Profesionalisme Guru


Oleh: Syafitriandy Harakie
Haluan Kepri, Jum’at , 27 November 2010
Berbicara tentang masa depan yang lebih baik maka tidak bisa dilepaskan dari sebuah proses kehidupan yakni pendidikan. Pendidikan bagi suatu masyarakat berfungsi sebagai social machine yang bertanggungjawab untuk merekayasa masa depannya. Untuk itu diperlukanlah seorang pendidik yang bertugas membantu mempersiapkan masyarakat dalam hal ini para peserta didik untuk memiliki ilmu pengetahuan yang luas, berakhlak mulia, dan bermanfaat bagi kehidupan masyarakat secara luas.

5/19/11

9:04 PM

ISLAM BUKAN WARISAN SOSIAL

Batam Pos, Jum'at 20 Mei 2011
Suatu anugerah yang di berikan pencipta kepada kita ketika hadir di muka bumi ini dengan menyandang label Muslim. Tanpa perlu bersusah payah mencari pembenaran akan keyakinan ini, kita sudah mendapatkan justifikasi dari lingkungan kita berada. Orang tua, keluarga dan lingkungan kita berada semuanya sudah menggambarkan bahwa kita adalah Muslim. Ini merupakan suatu keberuntungan yang sangat luar biasa, pernah kah terfikir oleh kita saat dilahirkan bukan dari rahim seorang ibu yang memeluk Agama Islam dan di besarkan dalam lingkungan yang bukan beragama Islam. Kita tentu masih mencari-cari sebuah keyakinan yang ideal dalam konsep ketuhanan yang sebenarnya kita yakini. Namun sangat patut disayangkan keberuntungan ini tidak kita sikapi dengan komitmen ber-Islam dengan sesungguhnya. Tak pernah terpikirkan oleh kita untuk melakukan kontemplasi atau perenungan sesaat, mengasah kepekaan kita dalam ber-Islam. Sehingga yang terjadi adalah pemilihan kehendak agama kita sebagai seorang muslim hanya kebetulan saja kita di besarkan dalam lingkungan yang mempunyai label Islam.
Ketika komitmen ber-Islam ini hanya sebatas pemahaman, karena mayoritas lingkungan kita berada memeluk agama ini. Kita berislam karena kebetulan orang tua kita Islam, dan orang tua kita berislam karena kakek kita memeluk Islam dan seterusnya. Maka yang terjadi adalah pewarisan nilai-nilai Rabbani yang melandasi agama ini akan terkikis . Agama ini tidak lagi berdasarkan dari ajaran Muhammad SAW dang pembawa risalah, namun lebih berakar pada sebuah tradisi ritual yang kerapkali lebih di tonjolkan dari pada memahami esensi Agama Islam itu sendiri. Sehingga yang terjadi di sekeliling kita adalah agama ini merupakan warisan orang tua kita yang kita dapatkan dari kebiasaan masyarakat sekitar kita dengan sebuah warisan turun temurun dan menjadi sebuah kebiasaan masyarakat . Sehingga agama ini tidak lagi merupakan warisan nilai nilai Rabbani namun ia lebih pada sebuah ajaran dari Warisan Sosial. Banyak cara kita beragama karena mengikuti tren masyarakat, bukan lagi pada esensi agama itu. Kebiasaan hidup dalam bermasyarakat dijadikan ibadah rutin yag berakhir pada kewajiban beragama. Dengan melakukan kewajiban ibadah seperti ini sedikit saja terjadi perbedaan dalam melakukan cara pandang akan gampang terjadi benturan. Karena lebih menonjolkan pada tataran emosianal.
Untuk mengatasi hal ini agar Islam yang kita yakini ini bukan hanya sekedar warisan sosial saja, maka ada beberapa langkah yang harus kita lakukan. Pertama; Menjadi manusia pembelajar, Sebagai manusia yang memiliki kematangan berfikir dan bertindak, kita harus berhasil membuktikan bahwa seorang Muslim adalah manusia yang harus mampu membangun dirinya dengan kualitas lebih dari kemampuan rata-rata manusia yang tidak mengenal Islam. Allah Swt telah memberikan kepada kita lewat Muhammad SAW dengan wahyu yang pertamanya, Iqra (Bacalah). Ini telah cukup memberikan tanda kepada kita bahwa tak ada jalan lain dalam membangun sebuah mentalitas masyarakat agar tidak hanyut dalam persepsi warisan terhadap agama, maka kita perlu membangun paradigma berfikir yang lebih jauh lagi dengan gagasan yang konsrtuktif yakni menjadi pembelajar sejati. Pemikiran ilmiah yang berorientasi pada keimanan hanya bisa kita dapatkan ketika akal manusia diajak untuk berfikir tentang sebuah ajaran yang berorientasi pada nilai-nilai rabbani bukan sosio historis.
Kedua; Membangun mentalitas manusia harokah, Kehidupan dunia yang di berikan Allah kepada kita bukan sebagai kehidupan pribadi saja namun lebih berorientasi pada kehidupan sosial, sebab dunia tempat kita hidup merupakan sebuah komunitas manusia yang beragam, selalu ada intrik dan tarik menarik dalam merealisasikan kepentingan, untuk itu dalam membangun sebuah pemahaman agama yang tidak hanya sekedar warisan sosial dari sebuah kebiasaan masyarakat, kita perlu membentuk sebuah gerakan yang massif dalam kehidupan sehingga apa yang kita dapat kan sebagai manusia pembelajar bisa di transferkan kedalam sebuah penyadaran kelompok masyarakat. Sejatinya kita harus mampu menempatkan diri kita dalam sebuah haraokah atau gerakan keislaman yang massif dan menjadi pioner perubahan, sehingga agar Islam yang kita yakini bukan sekedar warisan sosial
Semoga jarak hidup kita dengan kerasulan Muhammad SAW lebih kurang 1400 tahun yang lalu bukanlah merupakan suatu penghalang bagi kita untuk mendapatkan mozaik peradaban yang telah di ukir oleh Pemberi Teladan ini, selagi sumber abadi yang telah ditingalkannya kepada kita, maka jalan itu masih tetap ada; “ aku tinggalkan kepada kalian dua buah pusaka, selagi kalian masih berpegang kepada keduanya, maka kalian tidak akan tersesat selamanya; kitabullah dan sunnaturrasul”. ***

6/1/10

11:31 PM

Membangun Kesadaran Kolektif Membentuk Generasi Rabbani

Oleh : SYAFITRIANDY

BATAM POS, Jum’at 12 Juni 2009


Bagi kita menghadirkan kembali sebuah generasi yang sempat digjaya di pentas sejarah bukanlah merupakan sebuah kemustahilan, namun lebih dari itu merupakan keniscayaan. Sejarah telah membuktikan manusia–manusia tak berperadaban yang tinggal di daerah tandus dan tidak masuk dalam hitungan dua Imperium Besar Parsi dan Romawi pada waktu itu mampu mengubah mozaik sejarah. Tanah arab hanyalah sebuah daerah yang tandus.

1/23/09

12:03 AM

Mendekatkan Jarak antara Islam dan Manusia Muslim




Oleh : SYAFITRIANDY
Student Harakie Institute dan Staff Kaderisasi KAMMI Daerah Kepulauan Riau
Batam Pos,23 January 2009
Sadarkah kita, tatkala memasuki usia dewasa, tanpa melalui proses yang berliku, tiba-tiba telah mendapati diri kita seorang Muslim. Orang tua, suasana rumah, dan lingkungan sekitar, telah membawa kepada suasana batin yang penuh iman dan larut dalam tradisi ubudiah, dan kita harus bersyukur . Merupakan suatu keberuntungan ketika dilahirkan dalam keturunan Islam, karena tanpa di sadari kita telah terkontaminasi dalam ritualitas ibadah-ibadah yang telah ditetapkan dalam agama ini.

10/21/08

5:25 AM

Dibalik ‘Gonjang-Ganjing’ RUU Pornografi

(Catatan Kritis dan Analisa konstruktif terhadap Polemik RUU Pornografi)
Oleh : SYAFBRANI BIN ZAINOEDDIN
Kebijakan Publik KAMMI Daerah Riau dan Aktif di Forum Mahasiswa Islam (FORMASI) Kepri-Pekanbru

Pro dan kontra terhadap berita akan di sahkannya Rancangan Undang- Undang Pornografi sangat mencuat menjelang detik-detik pengesahannya yang direncanakan akan dilaksanakan dalam waktu beberapa hari lagi meski sebelumnya juga telah mengalami proses penundaan. Tentunya di setiap pihak mempunyai alasan-alasan tersendiri yang dianggap rasional dengan latar belakang demi kemaslahatan dalam melaksanakan kehidupan bermasyarakat di wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia ini, selain itu memang negara ini sangat dikenal dengan budaya ketimurannya.

Gonjang-ganjing penolakan dan suara keinginan untuk segera disahkannya RUU ini muncul dengan berbagai macam propaganda baik melalui media bahkan aksi turun kejalanpun menjadi sebuah bukti yang sebenarnya dapat kita jadikan sebuah pelajaran dan suatu kesimpulan bahwa betapa pentingnya RUU ini sendiri. Oleh karena itu, bukan bermaksud untuk memihak kepada salah satu kubu, baik pro maupun kontra, akan tetapi artikel ini hanya ingin memberikan sebuah analisa konstruktif demi kejayaan bangsa ini, sebuah bangsa yang dikenal dengan sopan santunnya atau bangsa yang beradab!


Powered by Blogger.